Press Release
June
12
2021
     13:15

Pentingnya Nilai Kebangsaan Membangun Masyarakat Digital Indonesia Toleran dan Damai

Pentingnya Nilai Kebangsaan Membangun Masyarakat Digital Indonesia Toleran dan Damai

KONTAN.CO.ID - Jakarta, 11 Juni 2021 Secara umum, literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.

Dengan diluncurkannya Program Literasi Digital Nasional, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa “Infrastruktur digital tidak berdiri sendiri; saat jaringan internet sudah tersedia, harus diikuti kesiapan-kesiapan penggunanya agar manfaat positif internet dapat dioptimalkan untuk membuat masyarakat semakin cerdas dan produktif.”

Dalam rangka mendukung Program Literasi Digital Nasional, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital untuk meluncurkan Seri Modul Literasi Digital yang memfokuskan pada empat tema besar; Cakap Bermedia Digital, Budaya Bermedia Digital, Etis Bermedia Digital, dan Aman Bermedia Digital. Diharapkan dengan adanya seri modul ini, masyarakat Indonesia dapat mengikuti perkembangan dunia digital secara baik, produktif, dan sesuai nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.

Proses sosialisasi dan pendalaman Seri Modul Literasi Digital dilakukan dalam ranah media digital pun, dalam bentuk seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital yang menjangkau sebanyak 514 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Pada Jumat, 11 Juni 2021 pukul 14:00 WIB, webinar dengan tema “Demokrasi dan Toleransi di Dunia Digital” diselenggarakan khusus bagi 14 Kabupaten/Kota di wilayah DKI Jakarta dan Banten. Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yaitu A. Zulchaidir (Kaizen Room), Dr. Bevaola Kusumasari, M.Si. (IAPA), Dr. Lestari Nurhayati (Lecturer & Head of Research Centre & Publication, London School of Public Relations Jakarta), dan Annisa Choiriya (Kaizen Room).

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. A. Zulchaidir menjadi narasumber pertama yang memberikan pemaparan dan mengatakan bahwa “Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital secara produktif, dan ada beberapa kompetensi dasar literasi digital yaitu meliputi akses, seleksi, paham, dan analisis.” Terkait hal itu, ia menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar terhindar dari serang siber yang sering terjadi di ranah digital. “Jangan membuka lampiran dari surel yang masuk, baik dari alamat surel yang dikenal atau tidak, jika kita tidak mengharapkan dikirimnya lampiran tersebut. Lalu, unduh file dan dokumen dari situs yang terpercaya,” ia ingatkan.

Dr. Bevaola Kusumasari, M.Si melanjutkan webinar dengan membahas keterkaitan literasi digital dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam bermasyarakat, khususnya sebagai warga negara Indonesia. “Kaitan antara literasi digital dengan demokrasi dan transparansi adalah dengan semakin berkembangnya teknologi, ia semakin membawa perubahan di berbagai lapisan kehidupan, termasuk cara kita berinteraksi dan berpendapat. Toleransi dan multikulturalisme tumbuh dengan kesadaran bahwa keanekaragaman suku, agama, ras, dan bahasa terjadi karena sejarah dengan semua faktor yang mempengaruhinya,” ia jelaskan. Dengan semakin terpaparnya pengguna media digital kepada keberagaman yang ada di internet, sikap toleransi merupakan sebuah kewajiban, sehingga mendukung kehidupan sosial yang berdampingan secara damai.

Dalam pemaparannya, Dr. Lestari Nurhayati menekankan mengenai pentingnya Pendidikan karakter, karena turut memberikan andil ayng kuat dalam penanaman nilai-nilai kebangsaan pada masyarakat digital Indonesia. “Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika juga perlu ditegakkan sebagai landasan kecakapan digital, mengingat Indonesia adalah negara yang sangat heterogen atau majemuk namun tidak terpolar (tidak terpecah bela atau terpisah secara ekstrim), sehingga potensi dampak konflik antara suku cenderung rendah,” ia sampaikan. Lalu bagaimana cara melandasi aktivitas di ruang digital berdasarkan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika? “Mudah saja. Mendukung toleransi keberagaman, memprioritaskan cara demokrasi, mengutamakan Indonesia, dan menginisiasi cara kerja gotong-royong,” ia jelaskan, khususnya saat berinteraksi di ranah digital.

Annisa Choiriya lalu membahas digital safety, dan menjelaskan pengertiannya sebagai kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Ia pun memberi pemaparan terkait keamanan digital dengan masyarakat digital. “Pada karakteristiknya, digital society tidak menyukai aturan yang mengikat. Mereka senang mengekspresikan diri, belajar bukan dari instruksi melainkan dengan mencari dan bereksplorasi, cenderung tidak ragu untuk men-download dan upload. Oleh karena itu, ketika berinteraksi di ranah digital, bermainlah dan belajarlah dengan aman,” ujarnya.

Saat sesi tanya-jawab, salah satu peserta menanyakan soal cara membedakan opini sebagai bentuk dari demokrasi atau bentuk dari provokasi atau menyinggung pihak tertentu ketika berinteraksi di ranah digital. Para pemapar materi mengatakan bahwa opini memang sangat luar biasa banyak jumlahnya, terutama di media sosial. Walau begitu, opini yang baik itu berasal dari sumber-sumber yang bisa kita percaya, yang bisa diakses asal muasalnya, dan yang valid datanya. Menjadi penting bagi pengguna media digital untuk memiliki kecakapan dalam menelusuri latar belakang sebuah opini dengan baik.

Seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, “Literasi digital adalah kerja besar. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Perlu mendapatkan dukungan seluruh komponen bangsa agar semakin banyak masyarakat yang melek digital.” Ia juga memberikan apresiasi pada seluruh pihak yang terlibat dalam Program Literasi Digital Nasional. “Saya harap gerakan ini menggelinding dan terus membesar, bisa mendorong berbagai inisiatif di tempat lain, melakukan kerja-kerja konkrit di tengah masyarakat agar makin cakap memanfaatkan internet untuk kegiatan edukatif dan produktif,” ujar Presiden Joko Widodo.

Seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital, sehingga sangat diharapkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Rangkaian webinar ini akan terus diselenggarakan hingga akhir 2021, dengan berbagai macam tema yang pastinya mendukung kesiapan masyarakat Indonesia dalam bermedia digital secara baik dan etis. Para peserta juga akan mendapatkan e-certificate atas keikutsertaan webinar. Untuk info lebih lanjut, silakan pantau akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.


Terbaru

Banyak Efek Positif Dari Perkembangan Teknologi

KOMINFO | Senin, 20 Desember 2021 | 12:15 WIB

Selain Positif, Kemajuan Digital Memiliki Dampak Negatif

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:47 WIB

Digitalisasi Membawa Perubahan Dalam Kehidupan Masyarakat

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:40 WIB

Media Digital Bisa Digunakan Sebagai Ruang Diskusi

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:28 WIB

Terjadi Pergeserean Pola Pikir di Masyarakat

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:22 WIB

Cyberbullying Meninggalkan Jejak Digital

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:15 WIB