Press Release
June
24
2021
     12:00

Kebebasan Berekspresi Harus Tetap Memiliki Tanggung Jawab

Kebebasan Berekspresi Harus Tetap Memiliki Tanggung Jawab

KONTAN.CO.ID - Jakarta, 22 Juni 2021 – Secara umum, literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama.

Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.

Dengan diluncurkannya Program Literasi Digital Nasional, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa "Infrastruktur digital tidak berdiri sendiri; saat jaringan internet sudah tersedia, harus diikuti kesiapan-kesiapan penggunanya agar manfaat positif internet dapat dioptimalkan untuk membuat masyarakat semakin cerdas dan produktif.”

Dalam rangka mendukung Program Literasi Digital Nasional, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital untuk meluncurkan Seri Modul Literasi Digital yang memfokuskan pada empat tema besar; Cakap Bermedia Digital, Budaya Bermedia Digital, Etis Bermedia Digital, dan Aman Bermedia Digital. Diharapkan dengan adanya seri modul ini, masyarakat Indonesia dapat mengikuti perkembangan dunia digital secara baik, produktif, dan sesuai nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.

Proses sosialisasi dan pendalaman Seri Modul Literasi Digital dilakukan dalam ranah media digital pun, dalam bentuk seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital yang menjangkau sebanyak 514 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Pada Selasa, 22 Juni 2021 pukul 09.00-11.20 WIB, webinar dengan tema “Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital” diselenggarakan khusus bagi 14 Kabupaten/Kota di wilayah DKI Jakarta dan Banten.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yaitu Daniel J. Mandagie – Kaizeen Room (Digital Skills), Antonius Galih Prasetyo – Analis Kebijakan Lembaga Administrasi Negara (Digital Ethics), Rusman Nurjaman  – Peneliti Lembaga Administrasi Negara (Digital culture), dan Septa Dinata A.S., M.Si  – Peneliti Paramadina Public Policy Institue (Digital Safety).

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Daniel J. Mandagie membuka webinar dengan memaparkan bahwa, ada beberapa kelompok yang mampu mempengaruhi ruang digital, yakni generasi muda, perempuan dan pengguna internet. "Kelompok tersebut bisa mendapat peluang di dunia digital, asal dapat memberi edukasi, berkolaborasi dan terus beradaptasi," tuturnya.

Sementara Antonius Galih menjelaskan ruang digital bisa menjadi sarana kebebasan berekspresi. "Apa itu kebebasan berekspresi? secara harfiah ekspresi bisa berupa kata-kata (tulisan atau lisan) dan bentuk-bentuk nonverbal komunikasi (gambar, simbol, gestur)," katanya. Sementara kebebasan dalam dimensi legal adalah ketiadaan batasan.

Menurutnya, kebebasan berekspresi diperlukan untuk pencari kebenaran, mengikuti prinsip demokrasi dan kebebasan individual. "Tanpa kebebasan berekspresi tidak ada demokrasi, hak menjamin tiap warga negara untuk mengakses, menggunakan, membuat, menyebarluaskan media digital, terdiri dari hak untuk mengakses, berekspresi, dan merasa aman," ucap Galih.

Meski begitu, kebebasan berekspresi di dunia digital tetap memerlukan batasan. Ia menambahkan, batasan kebebasan tersebut harus bertanggung jawab, dan tidak boleh melanggar hak, apalagi kebebasan ekspresi tersebut terbukti melukai orang lain.

Lalu Rusman Nurjaman, sebagai salah satu narasumber dalam webinar tersebut mengatakan, efek dari dunia digital, dapat melahirkan lompatan budaya. Mulai dari budaya lisan, hingga budaya baca tulis. Paling parah, dapat berdampak pada rendahnya pemahaman Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

"Sehingga, pengguna dunia digital tidak mampu memahami batasan antara kebebasan berekspresi (di internet) dengan perundungan siber atau ujaran kebencian," ungkapnya. Selain itu, mereka juga tidak mampu membedakan antara keterbukaan informasi publik dan privasi, serta tidak mampu membedakan antara misinformasi, disinformasi, dan malinformasi.

Sebagai pembicara terakhir, Septa Dinata mengatakan bahwa media komunikasi kita berkembang dengan sangat cepat. Sehingga, tak jarang menimbulkan efek yang negatif seperti penyebaran informasi hoaks, hingga penipuan. Mengatasi hal terbut, Septa memberi beberapa tips.

"Jangan berikan informasi pribadi anda kepada orang tak dikenal, lalu gunakan mode privasi di media sosial, lakukan pencarian informasi dengan sumber yang aman, selalu berhati-hati dengan apa yang Anda posting, dan dengan siapa anda berkomunikasi," jelas Septa.

Saat sesi tanya jawab, seorang peserta menanyakan bagaimana cara orang tua membatasi akses anak-anak dari situs-situs media digital yang tidak 'diinginkan'? Septa menjelaskan bahwa di Goole sudah ada pengaturan khusus untuk anak-anak (Google Kids).

"Usahakan dipantau fasilitas khusus anak-anak. Lalu perhatikan, anaknya sudah layak atau belum untuk memakai smartphone. Kita ini krisis konten yang tidak ada arahnya, mungkin perlu banyak motivasi yang penting dan perlu tahu apa yang diakses. Bagaimana biar aman ? salah satunya prinsip utama gunakan keperluan kita pada media sosial gak semua media sosial kita download atau semua platform kita ikuti," ujar Septa.

Seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, Literasi digital adalah kerja besar. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Perlu mendapatkan dukungan seluruh komponen bangsa agar semakin banyak masyarakat yang melek digital. Ia juga memberikan apresiasi pada seluruh pihak yang terlibat dalam Program Literasi Digital Nasional.

"Saya harap gerakan ini menggelinding dan terus membesar, bisa mendorong berbagai inisiatif di tempat lain, melakukan kerja-kerja konkrit di tengah masyarakat agar makin cakap memanfaatkan internet untuk kegiatan edukatif dan produktif,” ujar Presiden Joko Widodo.

Seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital, sehingga sangat diharapkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat.

Rangkaian webinar ini akan terus diselenggarakan hingga akhir 2021, dengan berbagai macam tema yang pastinya mendukung kesiapan masyarakat Indonesia dalam bermedia digital secara baik dan etis. Para peserta juga akan mendapatkan e-certificate atas keikutsertaan webinar. Untuk info lebih lanjut, silakan pantau akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.


Terbaru

Banyak Efek Positif Dari Perkembangan Teknologi

KOMINFO | Senin, 20 Desember 2021 | 12:15 WIB

Selain Positif, Kemajuan Digital Memiliki Dampak Negatif

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:47 WIB

Digitalisasi Membawa Perubahan Dalam Kehidupan Masyarakat

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:40 WIB

Media Digital Bisa Digunakan Sebagai Ruang Diskusi

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:28 WIB

Terjadi Pergeserean Pola Pikir di Masyarakat

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:22 WIB

Cyberbullying Meninggalkan Jejak Digital

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:15 WIB