Press Release
August
05
2021
     11:00

Kita Semua Berperan dalam Mencegah Cyberbullying

Kita Semua Berperan dalam Mencegah Cyberbullying

KONTAN.CO.ID - Bullying melalui media sosial, yang disebut sebagai cyberbullying, dapat dilakukan melalui platform chatting, platform bermain game, dan juga ponsel. Mereka yang menjadi pelaku cyberbullying di media sosial cenderung tidak memiliki etika sehingga tidak bisa membedakan bagaimana menyampaikan kritik, saran, dan bullying. Selama pandemi Covid-19 ini menurut survei World Health Organization pada bulan Juni hingga Agustus 2020 sebanyak 60% orang yang tersebar di 130 negara mengalami permasalahan kesehatan mental yang banyak disebabkan oleh cyberbullying. Ekosistem internet yang tidak sehat dengan adanya cyberbullying, berita hoax, iklan palsu, provokasi, berita kekerasan, hingga pelecehan seksual online memang meningkat di masa pandemi.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Identifikasi dan Antisipasi Perundungan Digital (Cyberbullying)”. Webinar yang digelar pada Kamis, 29 Juli 2021 pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Hayuning Sumbadra (Kaizen Room), Novita Sari (Aktivis Kepemudaan Lintas Iman), Wulan Furrie, M.I.Kom. (Praktisi dan Dosen Manajemen Komunikasi Institut STIAMI), Mathelda Christy Natalia T. (Kaizen Room), dan Deasy Noviyanti (Instruktur Barre Workout) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Hayuning Sumbadra menyampaikan informasi penting bahwa “Jangan pernah menormalisasi perundungan, karena bagaimana pun juga perundungan merupakan sikap yang tidak seharusnya dilakukan. Di sekolah kadang kita bercanda berlebihan, dan tidak sadar kalau hal tersebut merupakan perilaku bullying. Contoh-contoh perilaku perundungan misalnya menyebarkan kebohongan tentang seseorang, mengirim pesan atau ancaman yang menyakitkan via chat, menuliskan kata-kata menyakitkan di kolom komentar, posting foto atau video memalukan atau menyakitkan seseorang, meniru atau mengatasnamakan seseorang seperti membuat akun palsu atau masuk melalui akun seseorang. Bagaimana cara kita menghadapi perundungan digital? Lakukanlah pembelaan dengan menyampaikan apa yang kamu mau sampaikan, selain itu kita bisa meminta bantuan orang yang terpercaya, kumpulkan dan simpan bukti-bukti berupa screenshot, dan laporkan lewat fitur yang tersedia di media sosial. Media sosial memiliki tim yang selalu melihat laporan selama 24 jam di seluruh dunia, dengan lebih dari 50 bahasa.”

Deasy Noviyanti selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa dampak negatif internet itu cukup menyeramkan; kritik dan komentar-komentar bisa langsung sampai ke kita tanpa filter. Kita harus kuat dari dalam, dan khususnya bagi anak peran orang tua itu penting untuk mengajarkan bagaimana menyikapi hal-hal yang tidak bisa dihindari ini. Mereka harus bisa memberi solusi dan gambaran agar anak mengetahui harus melakukan apa ketika mendapat perlakuan seperti itu. Oleh karena itu, orang tua wajib mengetahui rambu-rambu etika dalam bermedia sosial. Selain itu, ajarkan anak untuk jangan terlalu sibuk bersaing dengan orang lain, tetapi bersainglah dengan diri sendiri, dan mereka harus tau cara mencurahkan kalau sedang ada tekanan, karena solusi bisa datang dari siapa saja entah orang tua, kakak ataupun adik.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Rizki Pratomo menyampaikan pertanyaan “Bagaimana peran generasi millennial dan perempuan dalam menangkal dan mengurangi cyberbullying yang banyak dilakukan secara digital, mengingat banyak dari pengguna media digital di negara kita menggunakan dunia digital sebagai sarana cyberbullying?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Hayuning Sumbadra, bahwa “Ini tidak hanya tanggung jawab satu orang tertentu, tetapi tanggung jawab semua pengguna internet. Siapa yang harus melakukan? Semuanya, mulai dari diri sendiri dan juga mengingatkan orang lain. Kita semua berperan untuk mencegah cyberbullying. Efek cyberbullying baik besar atau pun tidak akan menimbulkan dampak. Membangun ekosistem yang baik di media sosial itu memang cukup sulit, tetapi kita sendiri yang harus sadar dan terus mendorong penggunaan internet dengan hal yang positif.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Pusat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.


Terbaru

Banyak Efek Positif Dari Perkembangan Teknologi

KOMINFO | Senin, 20 Desember 2021 | 12:15 WIB

Selain Positif, Kemajuan Digital Memiliki Dampak Negatif

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:47 WIB

Digitalisasi Membawa Perubahan Dalam Kehidupan Masyarakat

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:40 WIB

Media Digital Bisa Digunakan Sebagai Ruang Diskusi

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:28 WIB

Terjadi Pergeserean Pola Pikir di Masyarakat

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:22 WIB

Cyberbullying Meninggalkan Jejak Digital

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:15 WIB