Press Release
December
02
2017
     08:23

Listrik Terang Terus Sampai Pelosok Negeri

Listrik Terang Terus Sampai Pelosok Negeri

JAKARTA. Senyum sumringah mengulas di seraut wajah Imelda Yewen (24). Wanita yang tinggal di Distrik Fef, Kabupaten Tambrauw Sorong, Papua Barat itu sudah bisa menonton film favoritnya dan mengikuti berbagai sajian berita di televisi. Bahkan Imelda juga kini sudah memiliki kulkas dan berbagai alat elektronik lainnya di rumah.

Adanya pasokan listrik yang mengalir di Distrik Fef membuat Imelda  menikmati berbagai kemudahan. Semua ini berkat kehadiran dua pembangkit listrik bertenaga diesel (PLTD) berkapasitas 80 kilowatt yang sudah terpasang di wilayah timur Indonesia sejak 21 April lalu.  “Saat ini warga Fef bisa menikmati listrik,” katanya. 

Bagi sebagian warga yang berada di daerah terpencil, listrik masih menjadi barang mewah. Namun sejak PLN meningkatkan layanan listrik hingga pelosok nusantara, membuat semakin banyak warga bisa menikmati lisrik. Sebagai bukti kongkritnya, hingga September 2017 sudah 73.656 desa telah teraliri listrik.  Tahun depan, PLN menargetkan bisa mengaliri listrik di 5.053 desa.

Bertambahnya jumlah pelosok desa yang teraliri listrik  membuat rasio elektrifikasi juga ikut meningkat. Saat ini rasio elektrifikasi tersebut menyentuh angka 93,08 persen dan diharapkan pada tahun 2019 bisa meningkat menjadi 97,32 persen. Khusus di Papua, rasio elektrifikasi sudah menccapai 48,91 persen dan ditargetkan naik menjadi 77,7 persen tahun 2019.  

“Papua dan Nusa Tenggara Timur termasuk beberapa daerah lain masih perlu digenjot kelistrikannya. Dan ini akan kita  pacu peningkatannya,” kata Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka dalam Forum Merdeka Barat 9 bertajuk "Pelayanan Ketenagalistrikan Indonesia" di Jakarta, Kamis (30/11/2017).

Bila dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, sektor ketenagalistrikan masih jauh tertinggal. Berdasarkan data International Energy Agency, konsumsi listrik per kapita di Indonesia tahun 2016 sebesar 956 kilowatt per hour (kwh). Angka tersebut masih sangat kecil bila dibanding dengan konsumsi listrik Vietnam sebesar 1.530 kwh dan Thailand dengan 2.620 kwh per kapita. 

Dan demi mengejar peningkatan konsumsi listrik tersebut, PLN sudah menyiapkan jurus menambah daya gratis bagi masyarakat  untuk hal-hal produktif seperti pembukaan usaha baru. "Penambahan daya gratis itu murni aksi korporasi PLN untuk mengoptimalkan surplus daya listrik yang ada. Tidak ada paksaan apabila masyarakatnya tak mau tambah daya," tutur Made.

Sampai 2017 jumlah pelanggan PLN mencapai 67 juta. Padahal pada 2012 lalu jumlah pelanggan PLN baru mencapai 49,8 juta. Sedangkan Daya tersambung juga terus merangkak naik. Lima tahun silam daya tersambung sebesar 83.898 MVA. Namun, pada 2016, angkanya telah menjadi 114.348 MVA dan mencapai 119.809 MVA per September 2017.

Meski konsumsi listrik masih rendah, namun bicara soal tarif listrik di Indonesia masih sangat murah. Sebagai contoh, jika tarif tegangan rendah pada Juli 2015 adalah Rp 1.548 per kwh, maka per September 2017 lalu menjadi Rp 1.467 per kwh. "Tarif listrik di Indonesia masih jauh lebih murah dibandingkan negara lainnya. Lebih kurang tarif listrik rata-rata di Indonesia sekitar 10 sen (dollar AS) per kwh," ujar Made.

Sebagai negara kepulauan, biaya penyediaan listrik antar pulau masih menjadi tantangan tersendiri. PLN juga berupaya untuk menciptakan tari yang terjangkau sampai ke pelosok daerah dengan mengendalikan biaya pokok penyediaan (BPP) di tengah kenaikan harga gas dan batubara.  “PLN sudah berkomitmen untuk menghadirkan tarif yang sama baik di Jawa, luar Jawa dan pulau terluar,” tandasnya. 

Karena itu demi mewujudkan cita-cita tersebut,PLN tak hentinya berinovasi salah satunya menggandeng swasta untuk berinvestasi membangun pembangkit listrik melalui skema Independent Power Producer (IPP) dan memperbanyak jumlah pembanglit listrik yang berdampak pada penurunan tarif listrik. 

Melalui keterlibatan swasta dalam proyek pembangkit listrik, pemerintah berharap skema IPP bisa berkontribusi sebesar Rp 615 triliun. Sedangkan jumlah kebutuhan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 megawatt mencapai Rp 1.200 triliun. Adapun PLN menyiapkan anggaran Rp 585 triliun untuk pembangunan pembangkit listrik. 

Demi menggenjot target itu, PLN melakukan efisiensi biaya operasional agar industri listrik tetap berjalan. Di sisi lain, rasio utang terhadap modal menurun drastis jika dibandingkan tiga tahun lalu. Jika pada 2014 rasio utang terhadap modal PLN sebesar 297 persen, maka kini angkanya hanya sebesar 49 persen.

Saat ini, PLN memiliki total aset Rp 1.312 triliun, melonjak pesat dari 2014 yang sebesar Rp 539 triliun. Kenaikan aset secara signifikan itu tak lepas dari revaluasi aset yang dilakukan PLN untuk mendanai program pembangkit listrik 35.000 megawatt. Membaiknya kondisi keuangan PLN membuat kontribusi terhadap negara turut membesar. Per September 2017, pajak dan dividen PLN mencapai Rp 22,7 triliun.

Kini berkat komitmen dan kesungguhan PLN dalam melayani masyarakat membuahkan hasil. Peringkat kemudahan berbisnis (ease of doing business) Indonesia yang dikeluarkan Bank Dunia mengalami peningkatan pada tahun 2017 dengan berada di urutan 49 melonjak tajam bila dibandingkan dengan tahun 2016 yang masih berada di peringkat 61. 

“Melesatnya peringkat Indonesia tak lepas dari sejumlah langkah inovatif. Jika sebelumnya tahap penyambungan listrik ada 5 prosedur, maka kini telah disederhanakan jadi 4 prosedur saja," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Agoes Triboesono.

Adapun keempat prosedur yang dimaksud adalah pengajuan penerbitan Sertifikat Laik Operasi (SLO), permohonan penyambungan baru ke PLN, pekerjaan konstruksi dan pelaksanaan inspeksi eksternal PLN, serta proses penyalaan. Namun demikian pemerintah tak lantas puas diri. "Sekarang concern (fokus) kami adalah wilayah timur Indonesia. Diharapkan, wilayah yang listriknya masih tertinggal, aksesnya segera meningkat hingga 2019 mendatang," katanya.

Berbekal komitmen dan inovasi tiada henti, pemerintah akan terus berupaya menerangi Indonesia sampai ke pelosok meskipun dengan segala keterbatasan yang ada.  Bukan tidak mungkin suatu ketika nanti semua pelosok nusantara akan terang benderang. Setidaknya anak sekolah tak perlu lagi belajar dalam kegelapan. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Terbaru

Banyak Efek Positif Dari Perkembangan Teknologi

KOMINFO | Senin, 20 Desember 2021 | 12:15 WIB

Selain Positif, Kemajuan Digital Memiliki Dampak Negatif

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:47 WIB

Digitalisasi Membawa Perubahan Dalam Kehidupan Masyarakat

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:40 WIB

Media Digital Bisa Digunakan Sebagai Ruang Diskusi

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:28 WIB

Terjadi Pergeserean Pola Pikir di Masyarakat

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:22 WIB

Cyberbullying Meninggalkan Jejak Digital

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:15 WIB