Press Release
July
02
2021
     19:05

Peran Orang Tua Dalam Memantau Kegiatan Berdigital Anak

Peran Orang Tua Dalam Memantau Kegiatan Berdigital Anak

KONTAN.CO.ID - Kabupaten Tangerang, 30 Juni 2021 - Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk "Pentingnya Pemahaman Literasi Digital untuk Anak". Webinar yang digelar pada Rabu, 30 Juni 2021 di Kabupaten Tangerang itu, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Denisa N Salsabila – Kaizen Room, Sigit Widodo – Internet Development Institute, Eka Y. Saputra – Web Developer dan Konsultan Teknologi Informasi, dan Dr. Ida Ayu Putu Sri Widnyani, S.Sos., MAP – Dosen Universitas Ngurah Rai.

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Denisa N Salsabila membuka webinar dengan mengatakan, saat ini masyarakat khususnya anak-anak semakin mudah mendapatkan informasi secara online dan real time.

"Teknologi sebenarnya memberi banyak manfaat untuk anak, seperti untuk anak usia 3-6 tahun, mereka akan terlengkapi dengan ruang belajar, yaitu menggambar dan mendesain," tutur Denisa.

Dari sisi hiburan, penggunaan games, video, atau musik, akan menjadi ruang bagi anak untuk belajar secara lisan mengasah motorik dan panca inderanya. Untuk anak usia 6 tahun ke atas, mereka dapat menggunakan komputer untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah.

Sayangnya, dunia digital tak lepas dari peredaran konten negatif yang semakin marak. Oleh sebab itu, diperlukan adanya etika digital (Digital Ethics). "Bahwa menggunakan media digital mestinya diarahkan pada suatu niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama. Demi meningkatkan kualitas kemanusiaan," paparnya.

Ia menambahkan, tips mendidik anak di era digital yaitu batasi waktu penggunaan gadget, jadilah panutan yang baik, jangan pernah menggunakan gadget sebagai alat penenang emosi anak, menjembatani kesenjangan komunikasi, ciptakan zona bebas teknologi dirumah dan orangtua harus bekerjasama dengan guru di sekolah.

Sementara Andi Fauziah Astrid menghimbau agar para orang tua waspada jika anak keasyikan main gadget, lebih suka main game ngobrol online, dan kegiatan lain yang dikendalikan Gadget.

"Anak akan tentan terpapar cyberbullying, persekusi online, hoaks, ujaran kebencian, konten radikal, pornografi, kekerasan daring, penipuan daring, pencurian data, serangan siber, dan lain-lain," katanya.

Andi menjelaskan, hak digital bagi anak-anak yaitu hak anak untuk berinteraksi dan berpartisipasi dalam ruang digital harus dihormati sepenuhnya. Membuka akses anak pada lanskap digital adalah salah satu wujud dari penegakan hak digital anak-anak.

"Anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native, yaitu mereka yang sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir," ungkapnya. Untuk itu, ajari internet sesuai usia.

Untuk anak usia 2-3 tahun, batasi waktu, media digital dalam bentuk audio, dampingi + interaktif, pahami bahwa gadget bukan pengganti peran orang tua. Lalu untuk anak usia 4-7 tahun, buat kesepakatan serta program/aplikasi kesiapan sekolah dengan mengenal mana yang fakta dan fantasi.

"Anak usia 11+ tahun, tekankan pada produktivitas positif, partisipasi sosial melalui media digital, dan bangun karakter digital. Anak usia 13-18 tahun, perkenalkan keragaman, membuat kesepakatan yang dipahami dan dijalani bersama, pantau, konsisten," paparnya.

Aji Sahdi sebagai salah seorang narasumber mengatakan, Digital Immigrant merupakan gambaran seseorang yang selama masa kehidupan anak hingga remaja/dewasa terjadi sebelum berkembangnya computer, sehingga membutuhkan penyesuaian diri dengan teknologi digital masa kini.

Hal itu tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua yang kebanyakan masih masuk kedalam digital immigrant. "Tantangan di dunia digital yaitu kemudahan akses internet, bebas online tanpa aturan, anak tahu lebih banyak dari pada orang tua, dan anak inginkan kebebasan," ujarnya.

Untuk itu, penting sekali menjaga anak agar tetap aman di dunia maya. Masuklah ke dunia online mereka, selayaknya Anda mengenal lingkup gerak mereka, pastikan juga Anda mengenal ‘taman bermain’ mereka yang lain.

"Buatlah aturan bersama mereka, buat aturan dengan membicarakannya dulu dengan mereka, termasuk membicarakan mengenai konsekuensi jika mereka melanggar aturan tersebut. Perhatikan lokasi, alih-alih membiarkan anak Anda memakai komputer di kamar pribadi, tempatkanlah komputer di tempat umum. Kenali situs yang aman untuk usianya," jelas Aji.

Sebagai pembicara terakhir, Muhammad Bima Januri menjelaskan, pengguna internet berdasarkan data APJJI terbaru, anak-anak secara keseluruhan menempati porsi 25.42% dari keseluruhan pengguna Internet di Indonesia. Mereka terdiri dari anak-anak berusia 5-12 tahun.

"Oleh karena itu, diperlukan bimbingan anak belajar tentang keamanan online agar menyadari risiko yang bisa saja terjadi dan mampu menggunakan teknologi dengan bijak," katanya.

Adapun metode agar anak aman dengan gadget diantaranya: Mengawasi anak bisa dilakukan dengan cara aktif menggunakan gadget bersama anak. Mengatur waktu interaksi menjadi satu cara untuk menjaga kesehatan mata pada anak. Membatasi situs-situs yang diakses agar anak tetap sesuai dengan kebutuhan dan umur anak.

"Tak ketinggalan, pemantauan yang bisa dilakukan orang tua salah satu satunya dengan melihat atau memeriksa aktivitas online anak-anak," pungkasnya. Bima menambahkan, anak juga perlu diajak berfikir kritis, sebab konten yang baik tentu benar, namun tidak semua konten yang benar pantas disebar. "Konten yang benar belum tentu bermanfaat, saring sebelum sharing".

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Satriya Prabowo mengatakan, bagaimana cara kita untuk mengajarkan anak agar ketika pegang gadget itu untuk belajar saja, bukan terus-terusan bermain gadget?

"Dengan mengatur waktu kegitan dihanphone anak, bila akhir pekan di sedikitkan waktu bermain hanphonenya dan kalau di hari biasa di perbanyak waktunya karena anak manggunkan handphone untuk kegiatan belajar," jawab Bima.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.


Terbaru

Banyak Efek Positif Dari Perkembangan Teknologi

KOMINFO | Senin, 20 Desember 2021 | 12:15 WIB

Selain Positif, Kemajuan Digital Memiliki Dampak Negatif

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:47 WIB

Digitalisasi Membawa Perubahan Dalam Kehidupan Masyarakat

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:40 WIB

Media Digital Bisa Digunakan Sebagai Ruang Diskusi

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:28 WIB

Terjadi Pergeserean Pola Pikir di Masyarakat

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:22 WIB

Cyberbullying Meninggalkan Jejak Digital

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:15 WIB