Press Release
July
04
2021
     09:39

Semakin positif dan Cerdas Dalam Memaksimalkan Ruang Digital

Semakin positif dan Cerdas Dalam Memaksimalkan Ruang Digital

Webinar "Milenial di Dunia Digital"

Kota Tangerang, 30 Juni 2021 - Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk "Milenial di Dunia Digital". Webinar yang digelar pada Rabu, 30 Juni 2021 di Kota Tangerang itu, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Daniel J.Mandagie – Kaizeen Room, Dr. Dwiyanto Indiahono – Dosen kebijakan publik Universitas Jenderal Soedirman, Dian Muhtadiah Hamna, S.IP, M.IKom – Pemimpin Redaksi www.pijarnews.com, dan Fariz Zulfadhli – Digital Marketing Enthusiast.

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Daniel J.Mandagie membuka webinar dengan mengatakan, literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital, dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif.

"Kecakapan digital (Digital Skills) adalah kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital. Mulai dari website, media sosial hingga beragam aplikasi di smartphone," paparnya.

Adapun media sosial yang ada di smartphone adalah sebuah media daring yang digunakan satu sama lain, yang para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

Dr. Dwiyanto Indiahono menambahkan, Indonesia dikenal ramah di dunia nyata, tapi dianggap tidak sopan di dunia maya. "Pada 2018, menurut situs Rough Guides, dari 10 negara ramah turis di dunia, Indonesia berada di peringkat ke 6. Tetapi pada tahun 2021, survei Digital Civility Index (DCI) Microsoft, dari 32 negara, Indonesia ranking 29 dianggap tidak sopan di dunia maya," kata Dwiyanto.

Adapun 3 faktor utamanya yakni penyebaran hoaks dan penipuan, ujaran kebencian, serta diskriminasi. Kasus paling banyak pelanggaran UU ITE: ada pasal 27 ayat 1 dan ayat 3 muatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik, pasal 28 ayat 2 menibulkan rasa kebencian atau permusuhuan, pasal 29 UU ITE ancaman kekerasan atau menaku- nakuti.

"Media digital sebaiknya dijadikan sebagai media pemersatu, saling peduli dan membantu. Jadilah pemersatu bukan pemicu keonaran, jadilah pendamai bukan pengadu domba, jadilah bagian dari solusi, bukan bagian dari polusi," tuturnya.

 

Sementara Dian Muhtadiah mengatakan, perkembangan teknologi digital terjadi di seluruh dunia sehingga studi tentang budaya digital, berpotensi mencakup semua aspek kehidupan sehari-hari.

"Budaya digital adalah sebuah konsep yang menggambarkan bagaimana teknologi dan internet membentuk cara kita berinteraksi sebagai manusia,' kata Dian. Karakteristik budaya digital sendiri dapat dijelaskan dengan jenis proses yang terlibat, jenis bentuk budaya yang muncul, dan jenis pengalaman yang dibawa.

"Budaya digital lahir salah satunya lewat interaksi di media social. Kehadiran media sosial memengaruhi persepsi kita dalam berkomunikasi, kepercayaan, nilai maupun sikap, tak terkecuali kaum milenial yang aktif menggunakan perangkat teknologi digital," tuturnya.

Adapun ciri-ciri perilaku generasi milenial adalah lebih percaya konten testimoni perorangan, dibanding informasi satu arah. Wajib memiliki akun media sosial sebagai alat komunikasi dan pusat komunikasi, minat membaca konvensional menurun, lebih memilih ponsel dibanding televisi, dan menjadikan google search sebagai adviser mereka.

"Generasi milenial memiliki tantangan tersendiri di era digital. Diantaranya, mereka sangat bergantung pada media sosial namun mereka belum memiliki filter yang kuat untuk dapat menyaring informasi yang diterima, dan mereka sering tidak peduli dengan nilai-nilai moral dan etika dalam berkomunikasi dan menyebarkan informasi di media sosial. Padahal, etika sangat berperan guna menghindari terjadinya konflik dalam bersosialisasi".

Sebagai narasumber terakhir, Fariz Zulfadhli membeberkan fakta bahwa milenial di dunia digital; 20% senang hati berbagi kata sandi, 28% tidak mampu mengenali jenis email terinfeksi malware, 78% tidak melindugi perangkat, 90% menggunakan koneksi Wifi publik.

Hal tersebut sangat rentan dengan aksi kejahatan di dunia digital, seperti penipuan online. "Sebelum transaksi online, kalian bisa cek no.rekening yg dituju pernah dilaporkan atau tidak di link ini https://cekrekening.id/ atau https://www.kredibel.co.id/," ungkapnya.

Fariz juga berpesan untuk menghindari menggunakan wifi publik. Sebab, tidak semua provider WiFi publik menggunakan keamanan yang baik. "Agar aman, usahakan selalu membuat password dengan tingkat kesulitan tinggi, batasi publikasi data dan informasi personal yang sensitive, dan jangan asal klik link atau file dari pengirim yang tidak dikenal," pungkasnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Ana mengatakan, saat ini banyak sekali masyarakat menggunakan teknologi digital. Sebagai konten creator dan sebagai millenials, kita harus membuat konten-konten yang positif dan membangun di social media agar dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.

Namun sering kali konten tersebut tidak diminati masyarakat, malahan konten-konten yang bersifat negative dan berisi informasi provokatif yang disukai masyarakat. Lalu, apa strategi yang dapat kita lakukan sebagai konten creator untuk dapat mengedukasi masyarakat untuk bijak menggunakan media sosial?

"Saya selalu memberitahukan konten itu harus yang baik jangan mengikuti zaman. Berikan konten edukatif diberi kreasi-kreasi yang baik dan kreatif, menarik dan bermanfaat. Sebagai konten kreator harus banyak membaca jadi jangan terlalu kebawa zaman. Bagaimana mengubah mindset selalu paparkan konten yang baik dan bermanfaat. Kita harus speak up untuk hal yang postif dan bermanfaat sesuai fakta," jawab Daniel.

 

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.

 


Terbaru

Banyak Efek Positif Dari Perkembangan Teknologi

KOMINFO | Senin, 20 Desember 2021 | 12:15 WIB

Selain Positif, Kemajuan Digital Memiliki Dampak Negatif

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:47 WIB

Digitalisasi Membawa Perubahan Dalam Kehidupan Masyarakat

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:40 WIB

Media Digital Bisa Digunakan Sebagai Ruang Diskusi

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:28 WIB

Terjadi Pergeserean Pola Pikir di Masyarakat

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:22 WIB

Cyberbullying Meninggalkan Jejak Digital

KOMINFO | Minggu, 19 Desember 2021 | 11:15 WIB